Minggu, 05 Oktober 2014

Pernikahan Adat Jawa



Artikel ini saya buat guna memenuhi tugas Etika Bisnis.

Dalam adat jawa, pernikahan dijalankan dengan sangat sakral, sebelum menjalani pernikahan, awalnya kedua calon pengantin dipingit terlebih dahulu selama beberapa hari, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

1 hari Sebelum akad nikah, calon pengantin melakukan siraman terlebih dahulu, siraman di sini maksudnya ada pensucian kedua mempelai dengan cara mandi yang dilakukan di rumah orang tuanya masing-masing mempelai.

Berikutnya yaitu adar midodareni, dimana calon pengantin wanita didandani menjadi sangat cantik di dalam kamar dan tidak boleh tidur dari pukul 6 sore sampai tengah malam, hanya ditemani sepuh yang memberikan nasihat-nasihat yang baik untuk calon mempelai, saudara dari pihak laki-laki juga boleh mengunjungi calon mempelai wanita yang sedang midodareni ini.

Dihari berikutnya, dilakukan ijab kabul, untuk mensahkan perkawinan, di acara yang sakral ini, ijab ini dilakukan harus dengan cermat dan khusuk, agar acara tetap berjalan lancar.

Selanjutnya dilakukan acara adat tradisional jawa yaitu temu manten di rumah mempelai wanita, di mana pengantin pria diantarkan oleh saudara-saudaranya kecuali kedua orang tua yang tidak boleh ikut dalam upacara adat ini, sampai ke depan pintu rumah, di depan pengantin wanita berdiri 2 orang patah, yaitu gadis kecil yang membawa kipas dengan pakaian adat. Dari mempelai pria berdiri 2 orang laki-laki atau ibu-ibu menyerahkan serangkaian bunga yang disebut kembar mayang sebagai tanda penghormatan untuk menjalankan upacara perkawinan. Seorang ibu pengiring pengantin pria maju dan memberikan sanggan kepada ibu pengantin putri sebagai tanda penghormatan untuk penyelenggaraan upacara perkawinan. Sanggan itu berupa buah pisang yang dibungkus rapi dengan daun pisang dan ditaruh diatas nampan. Pada waktu upacara panggih, kembar mayang dibawa keluar rumah dan dibuang diperempatan jalan dekat rumah atau didekat berlangsungnya upacara perkawinan, maksudnya supaya upacara berjalan selamat dan tidak ada gangguan apapun dan dari pihak manapun.

Berikutnya yaitu ritual wiji dadu, pengantin pria menginjak sebuah telur ayam kampung hingga pecah dengan telapak kaki kananny, kemudian kaki tersebut dibasuh pengantin wanita dengan air kembang.. Hal ini artinya, rumah tangga yang dipimpin oleh seorang suami yang bertanggung jawab dengan istri tentu akan menghasilkan hal-hal yang baik pula termasuk anak keturunan.

Selanjutnya dilakukan ritual dhahar kembul, dimana pengantin pria dan wanita makan bersama saling menyuapi disaksikan oleh orangtua pengantin putri.

Setalah ini, orang tua pengantin putri menjemput orang tua pengantin laki-laki yang disebut mapag besan, di depan pintu rumah sampai ke pelaminan diiringi oleh bapak-bapak dibelakangnya, orang tua pengantin laki-laki duduk disebelah kiri pengantin, sedangkan orang tua pengantin wanita duduk di sebelah kanan pengantin.

Jika semua orang tua pengantin sudah lengkap duduk dipelaminan, upacara selanjutnya adalah sungkeman sebagai tanda penghormatan dan memohon restu, kedua mempelai mulanya sungkem kepada orang tua pengantin wanita, kemudian kepada orang tua pengantin laki-laki. Upacara ini terlaksana begitu haru, kedua mempelai berlutut memohon restu dengan mencium lutut orang tuanya.

Selanjutny ayah dari pengantin wanita mengantarkan kedua mempelai ke pelaminan sebagai wujud restunya. Jika sudah duduk dipelaminan, kedua mempelai melakukan upacara tukar cincin sebagai tanda keterikatan suami istri yang sah.

Yang terakhir jika semua upacara adat sudah dilaksanakan maka pengantin pria dan wanita diapit oleh orang tua menerima ucapan selamat dari pada tamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar